Senin, 28 Maret 2011

Saya Dan Pemimpin Idola Saya Shalahuddin bin Ayubi

Saya Dan Pemimpin Idola Saya Shalahuddin  bin Ayubi..
Tulisan ini merupakan sebuah tulisan dalam rangka menyelesaikan tugas pertengahan semester dari dosen kepemimpinan saya, asik juga, sudah lama tidak membuka blog ini sampai saya lupa cara membuka blog dan password saya sendiri. :D
Kali ini Saya akan menceritakan mengenai seorang pemimpin Idola saya. yaitu Shalahuddin  bin Ayubi. sebenarnya Ideal Seorang Muslim mengidolakan sosok Pemimpin Seperti Rasullullah S.A.W. karena apa yang ada pada Shalahuddin  bin Ayubi telah ada dan sempura dimiliki oleh beliau. Jauh Lebih Sempurna. Namun salahudin sendiri merupakan sosok yang sangat hikmat dan khusuk dalam mengamalkan ajaran Rasullullah..
Saya Memilih Shalahuddin  bin Ayubi karena tuturan kisah beliau yang selalu terngiang dalam benak saya dan selalu membuat saya terkagum - kagum akan sifat, sikap, karakter yang di tonjolkan dari sosok sederhana beliau.
Kerendahan Hati dan Tenggang Rasa yang sangat besar terhadap sesama muslim dan umat beragama lainnya.
Sebelum Membahas lebih lanjut mengenai Sifat kepemimpinan yang beliau miliki beserta teori kepemimpinan yang saya dapat dari dosen kepemimpinan saya, Ibu Dhian Puspita Negara saya akan menceritakan sedikit Biografi Beliau  dan keteladanan yang beliau berikan bagaimana menjadi seorang pemimpin  yang patut dicontoh oleh pemimpin didunia saat ini. Referensinya saat ini dapat anda lihat dalam Flim Kingdom Of Heaven  besutan sutradara
Ridley Scott  (Sutradara  yg pernah memenangkan  Piala Oscar untuk film ”The Gladiator” pada tahun 2000)
Shalahuddin bin Al-Ayub atau Sholahuddin Yusuf bin Ayyub atau asli Salah al Din Abu Muzaffir Yusuf ibnu Ayyub ibnu Shadi bangsa barat mengenal beliau dengan nama Saladin "The Mercifull" terlahir daerah sungai Tigris, Kota Baghdad - Iraq pada tahun 1138 masehi. Ayahnya bernama Ameer Najmudin Al-Ayyubi.  Sejak kecil  Salahuddin terkenal cerdas serta berbudi baik serta memulai karir militer pada usia 16 tahun yang sebenarnya ia tidak sukai karena ia lebih menyukai belajar ilmu agama dari pada taktik perperangan. pada umur 21 tahun, Salahudin diangkat menjadi Panglima Tentara Syria dan juga pejabat tinggi (wazir) Dinasti Fathimiyah, ( fatimah anak nabi Muhammad S.A.W) di Mesir.  Dengan perannya tersebut Salahudin banyak mereformasi ekonomi dan militer Sehingga Dinasti Fathimiyyah menjadi makmur ekonominya dan kuat militernya.
Pada usia 23 tahun, Salahuddin mengambil alih kekuasaan Dinasti Fathimiyyah dan kembali menggabungkan kembali Mesir dengan Kekhalifahan Abasiah (Dinasti sheljuk di Turki), serta memperluas kekuasaannya di Syria dan Mesopatamia. Dengan bersatunya kehalifahan Islam, Salahuddin berpikir bahwa ini merupakan kekuatan besar untuk mengambil alih kota suci tiga agama ( Islam, Kristen dan Yahudi) Jerusalem dari cengkeraman kaum salib.
namun semangat juang kaum muslimin pada waktu itu loyo. Oleh karena itu Salahuddin ingin mengembalikan semangat juang kamu muslim dengan menyegarkan kembali kepahlawan dan semangat juang Nabi Muhammad Saw. Shalahuddin lantas menggagas sebuah festival yang diberi nama peringatan Maulid Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Tujuannya untuk menumbuhkan dan membangkitkan semangat perjuangan. Di festival ini dikaji habis-habisan sirah nabawiyah (sejarah nabi) dan atsar (perkataan) sahabat, terutama yang berkaitan dengan nilai-nilai perjuangan (jihad).

Pada mulanya gagasan Salahuddin ditentang oleh para ulama, sebab sejak zaman Nabi peringatan seperti itu tidak pernah ada. Lagi pula hari raya resmi menurut ajaran Islam cuma ada dua, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Akan tetapi Salahuddin menegaskan bahwa perayaan maulid nabi hanyalah kegiatan yang menyemarakkan syiar agama, bukan perayaan yang bersifat ritual, sehingga tidak dapat dikategorikan bid`ah yang terlarang. Ketika Salahuddin meminta persetujuan dari Khalifah An-Nashir di Bagdad, ternyata khalifah setuju. mulai tahun 580 Hijriah (1184 Masehi) tanggal 12 Rabiul-Awwal dirayakan sebagai hari maulid nabi dengan berbagai kegiatan yang membangkitkan semangat umat Islam. Hasilnya luar biasa. Banyak pemuda Muslim yang mendaftar untuk berjuang membebaskan Palestina. Mereka pun siap mengikuti pendidikan kemiliteran. Sejak saat itu wilayah kekhalifahan Islam di bawah kepemimpinan Salahuddin semakin berkembang.

Pada tahun 1187 Pasukan Salahudin melakukan expedisi ke Palestina dan berhasil merebut Jerusalem dari kekuasaan Pasukan Salib. Lagi-lagi Nasrudin menunjukan kemuliaanya, beliau tidak balas dendam, pasukannya dilarang membantai penduduk sipil dan membumi hanguskan bangunan termasuk gereja-gereja. Umat kristen dibiarkan menjalankan ibadanya digereja-gereja mereka. Ketika Tentara Salib merebut Jerusalem pada Perang Salib I tahun 1099, mereka membantai habis penduduk Jerusalem, tidak hanya muslim tetapi juga penduduk yahudi serta penganut nasrani ortodox, termasuk kaum Arian, dan sekte2 lain yg dicap sesat oleh vatikan. Tak terhitung masjid, sinagog, gereja ortodox dan perpustakaan habis dijarah, dirusak bahkan dibakar. Sebelumnya, di sepanjang jalan menuju Jerusalem Tentara Salib juga melakukan pembunuhan, perampokan, pemerkosaan dan penganiayaan serupa. Selama Perang Salib I, ratusan ribu wanita, anak dan orang tua menjadi korban. Ribuan rumah penduduk, masjid, sinagog, gereja ortodox, dan perpustakaan dirusak dan dibakar. Namun ketika Salahuddin merebut kembali Jerusalem, boleh dikatakan tidak ada pembunuhan terhadap warga nasrani yg tertinggal di kota itu, tidak ada pengrusakan dan perampokan terhadap gereja, dan para pemuka agama nasrani sedikitpun tidak disentuh. Mengapa Salahuddin bertindak seperti itu? Jawabannya adalah, karena beliau memegang teguh etika perang Islam sebagaimana diajarkan oleh AL Quran dan Rasulullah Muhammad SAW.
Pasukan Salib baru melanjutkan ekspedisi ke Jerusalem pada bulan Juni 1192, akan tetapi ketika perjalan baru dimulai Richard sihati singa jatuh sakit. Karena tidak tahan, Richard si hati singa mengirim utusan untuk meminta pertolongan Salahuddin untuk mengobati penyakitnya. Disinilah keteladanan dan kemuliaan Salahuddin kembali ditunjukkan, walau Richard adalah musuhnya karena dia sedang sakit namun dia setuju, Salahuddin datang sendiri  ke tenda Richard, dan mengobati penyakitnya Tanpa sepengetahuan Richard bahwa yang mengobatinya adalah salahudin. Salahudin merawatnya dengan telaten hingga sang rajapun sembuh. Ketika sang raja sembuh dia bertanya kepada salahudin yang hendak kembali kemarkasnya( dikiranya seorang tabib) mengenai seperti apa sosok salahudin, dengan sigap beliau menjawab, anda mengetahui seorang salahudin, karena selama ini beliau merawat anda. Sang raja tidak mengerti hingga keesokan harinya sang raja begitu terkejut jika salahudin yang beliau tanyakan adalah seorang tabib yang merawat dia dengan telaten selama berbulan – bulan.
Richard terkesan dengan kebaikan Salahuddin dan merasa pasukannya tidak cukup kuat lagi, akhirnya Richard mengurungkan penyerangan ke Jerusalem dan mengusulkan gencatatan senjata pada tahun 1192 Shalahuddin dan Richard sepakat dalam perjanjian Ramla, di mana Jerusalem tetap dikuasai Muslim dan terbuka kepada para peziarah Kristen.
Selain dikagumi Muslim, Shalahuddin atau Saladin/salahadin mendapat reputasi besar di kaum Kristen Eropa, kisah perang dan kepemimpinannya banyak ditulis dalam karya puisi dan sastra Eropa, salah satunya adalah The Talisman (1825) karya Walter Scott.
3 Maret 1193 pada usia 55 tahun. Salahuddin Sang Panglima Besar Wafat. Dalam wafatnya beliaupun ada satu kisah yg menyentuh, dalam bukunya “The Arabic Sources for the Life of Saladin,” menuliskan bahwa Salahuddin si pejuang besar ketika meninggal tidak meninggalkan uang yang cukup untuk membiayai pemakamannya.
Begitulah kepimpinan seorang salahudin bin Ayubi yang sangat saya kagumi.
Tulisan ini akan disempurnakan...